Jakarta,- Siswa-siswi Indonesia kembali mencatat prestasi emas dalam kompetisi pendidikan tingkat dunia. Setelah memenangi kejuaraan dalam bidang biologi, fisika, dan astronomi, pelajar Indonesia kembali meraih prestasi puncak di kejuaraan matematika.
Indonesia yang diwakili empat pelajar SMP meraih tiga medali emas, satu perak, dan satu perunggu di ajang Olimpiade Matematika Internasional (Wizard at Mathematics International Competition/Wizmic) di India 28–31 Oktober lalu.
Dalam kejuaraan untuk tingkat sekolah dasar itu, pelajar Indonesia sukses menyisihkan wakil dari Bulgaria, Vietnam, India, Filipina, Thailand, Pakistan, Iran, dan Taiwan di kategori beregu. Wakil Indonesia yang membuat dunia pendidikan berbangga hati itu adalah Laila Muhibah, 13, pelajar SMPN I Bogor; Atika Almirah, 13, pelajar SMPIT Ummul Quro, Bogor; Ghiffari Haekalnoor Tujuanto, 12, pelajar SMPN 115 Jakarta; dan Firstio Ahmad Sepriandi, 12, pelajar SMPI Al Azhar 8 Kemang Pratama, Bekasi.
Selain memenangi medali emas untuk lomba beregu, dua emas lagi diraih Atika dan Laila untuk kompetisi perorangan. Sementara dalam kategori yang sama, Firstio meraih medali perak dan Ghiffari meraih perunggu. Secara keseluruhan, Indonesia menempati tiga besar dari delapan negara yang mengikuti olimpiade. Adapun juara umum diraih Bulgaria.
Keempat siswa duta Indonesia itu kemarin diperkenalkan kepada wartawan di Restoran Pulau Dua, Jakarta. Di leher mereka masing-masing terkalung medali emas tanda juara beregu. Mereka pun tak mampu menutupi rasa bangga karena medali itu adalah yang pertama diraih Indonesia dalam kategori beregu.
Menurut keempat siswa itu, kesulitan terbesar adalah jebakan soal yang memaksa mereka memutar otak lebih keras. Selain itu, panduan soal yang diberikan dalam bahasa Inggris memaksa mereka lebih berhati-hati dalam menerjemahkan. ”Soalnya jauh lebih susah dari di sekolah, beruntung team leader boleh membantu kami dalam menerjemahkan soalnya,” ujar Atika menyebut peran Ridwan Hasan Saputra, team leader sekaligus pembimbing keempat siswa tersebut selama kejuaraan.
Untuk kategori perseorangan, setiap siswa diberi 10 nomor soal yang harus diselesaikan dalam waktu satu jam. Sementara di kategori beregu, soalnya 15 nomor yang harus diselesaikan dalam 90 menit.
Ridwan Hasan Saputra mengungkapkan, kemenangan Indonesia di kategori beregu mendapat pujian khusus dari panitia dan peserta. Sebab, banyak yang tidak mengira Indonesia mampu mengungguli Bulgaria yang sejak awal lomba diunggulkan memenangi lomba beregu. ”Kuncinya adalah kerja sama. Selama dua bulan anak-anak terus bersama dan itu membuat mereka kompak,” ujar Ridwan yang juga team leader tim pelajar Indonesia yang meraih dua emas dalam Indonesia Elementary Mathematic Internasional Contest (Inaemic) di Bali pada 2006.
Atas prestasi di India itu, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) memberikan apresiasi khusus. Diwakili Dirjen Dikdasmen Suyanto, Depdiknas memberikan beasiswa kepada setiap peserta sesuai pencapaian mereka. Untuk Atika dan Laila, sang peraih emas, diberi uang senilai Rp 5 juta. Firstio, peraih perak, mendapat Rp 2,5 juta, dan Ghiffari yang mendapat perunggu menerima Rp 2 juta. ”Ini bukan akhir, tentu kami akan memberi apresiasi lain atas prestasi mereka,” jelas Suyanto. (bay)
Siswa-siswi Indonesia kembali mencatat prestasi emas dalam kompetisi pendidikan tingkat dunia. Setelah memenangi kejuaraan dalam bidang biologi, fisika, dan astronomi, pelajar Indonesia kembali meraih prestasi puncak di kejuaraan matematika.
Indonesia yang diwakili empat pelajar SMP meraih tiga medali emas, satu perak, dan satu perunggu di ajang Olimpiade Matematika Internasional (Wizard at Mathematics International Competition/Wizmic) di India 28–31 Oktober lalu.
Dalam kejuaraan untuk tingkat sekolah dasar itu, pelajar Indonesia sukses menyisihkan wakil dari Bulgaria, Vietnam, India, Filipina, Thailand, Pakistan, Iran, dan Taiwan di kategori beregu. Wakil Indonesia yang membuat dunia pendidikan berbangga hati itu adalah Laila Muhibah, 13, pelajar SMPN I Bogor; Atika Almirah, 13, pelajar SMPIT Ummul Quro, Bogor; Ghiffari Haekalnoor Tujuanto, 12, pelajar SMPN 115 Jakarta; dan Firstio Ahmad Sepriandi, 12, pelajar SMPI Al Azhar 8 Kemang Pratama, Bekasi.
Selain memenangi medali emas untuk lomba beregu, dua emas lagi diraih Atika dan Laila untuk kompetisi perorangan. Sementara dalam kategori yang sama, Firstio meraih medali perak dan Ghiffari meraih perunggu. Secara keseluruhan, Indonesia menempati tiga besar dari delapan negara yang mengikuti olimpiade. Adapun juara umum diraih Bulgaria.
Keempat siswa duta Indonesia itu kemarin diperkenalkan kepada wartawan di Restoran Pulau Dua, Jakarta. Di leher mereka masing-masing terkalung medali emas tanda juara beregu. Mereka pun tak mampu menutupi rasa bangga karena medali itu adalah yang pertama diraih Indonesia dalam kategori beregu.
Menurut keempat siswa itu, kesulitan terbesar adalah jebakan soal yang memaksa mereka memutar otak lebih keras. Selain itu, panduan soal yang diberikan dalam bahasa Inggris memaksa mereka lebih berhati-hati dalam menerjemahkan. ”Soalnya jauh lebih susah dari di sekolah, beruntung team leader boleh membantu kami dalam menerjemahkan soalnya,” ujar Atika menyebut peran Ridwan Hasan Saputra, team leader sekaligus pembimbing keempat siswa tersebut selama kejuaraan.
Untuk kategori perseorangan, setiap siswa diberi 10 nomor soal yang harus diselesaikan dalam waktu satu jam. Sementara di kategori beregu, soalnya 15 nomor yang harus diselesaikan dalam 90 menit.
Ridwan Hasan Saputra mengungkapkan, kemenangan Indonesia di kategori beregu mendapat pujian khusus dari panitia dan peserta. Sebab, banyak yang tidak mengira Indonesia mampu mengungguli Bulgaria yang sejak awal lomba diunggulkan memenangi lomba beregu. ”Kuncinya adalah kerja sama. Selama dua bulan anak-anak terus bersama dan itu membuat mereka kompak,” ujar Ridwan yang juga team leader tim pelajar Indonesia yang meraih dua emas dalam Indonesia Elementary Mathematic Internasional Contest (Inaemic) di Bali pada 2006.
Atas prestasi di India itu, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) memberikan apresiasi khusus. Diwakili Dirjen Dikdasmen Suyanto, Depdiknas memberikan beasiswa kepada setiap peserta sesuai pencapaian mereka. Untuk Atika dan Laila, sang peraih emas, diberi uang senilai Rp 5 juta. Firstio, peraih perak, mendapat Rp 2,5 juta, dan Ghiffari yang mendapat perunggu menerima Rp 2 juta. ”Ini bukan akhir, tentu kami akan memberi apresiasi lain atas prestasi mereka,” jelas Suyanto.